SlideShow

Image and video hosting by TinyPic
0

Masalah Utama Dunia Pendidikan di Indonesia

Pendidikan merupakanlah hal yang penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan pendidikan kita mampu membuka jendela pengetahuan dunia ini yang dapat kita gunakan sebagai ilmu yang berguna bagi pengembangan dan kemajuan bangsa ini. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas sistem pendidikannya. Hal ini lah yang tercermin di negeri ini, Indonesia. Salah satu alasan negeri ini belum maju adalah terdapat di masalah pendidikan. Ironisnya pendidikan di negeri ini masih terbilang sangat mahal, padahal tidak semua golongan rakyat mampu menjangkau mahalnya biaya pendidikan tersebut. sehingga pendidikan masih sering dianggap barang mewah di negeri ini. Dan ternyata selain masalah biaya, dunia pendidikan kita masih banyak sekali menyimpan masalah seperti yang akan diuraikan di bawah ini :  

Sistem Pendidikan yang masih kacau

UAN dinilai merupakan sistem yang kurang tepat
Tak bisa dipungkiri, sistem pendidikan di negara ini terbilang masih kacau. Hal ini bisa dilihat dari hasil dari sistem tersebut, dimana masih belum bisa memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Siswa yang pintar hanya dalam semua mata pelajaranlah dan sering mendapatkan nilai tertinggilah yang menjadi patokan apakah siswa tersebut memenuhi keriteria dari sistem tersebut. Tentunya hal ini tidaklah adil bagi seluruh siswa. Siswa dengan berbagai karakter dipaksa mengikuti sistem dan cara belajar yang sama. Padahal tidak semua siswa memiliki satu jenis cara mereka dalam menyerap ilmu. Yang selama ini kita lihat di sekolah-sekolah, guru menerangkan, murid mendengar lalu latihan. Metode ini dianggap sudah ketinggalan zaman dan terlalu kaku. Dan yang paling fatal mudah sekali menghilangkan minat belajar pada siswa. Memang ada beberapa karakter siswa yang bisa atau malah mudah dengan metode belajar seperti itu, namun sekali lagi tidak sedikit pula siswa yang tidak bisa menyerap materi pelajaran dengan metode seperti itu karena itu tadi perbedaan karakter dan ditambah pola pendidikan berbeda yang diterapkan oleh orang tua masing-masing siswa. Perlu diketahui bahwa metode belajar setiap manusia berbeda-beda sesuai dengan karakter mereka, ada tipe belajar secara visual, lingual, pendengaran, analisis, debat, individu, kelompok dan lain-lain.  Untuk itu ada baiknya sistem pendidikan yang seperti itu diubah yaitu dengan menganalisis kebutuhan belajar serta metode belajar yang tepat bagi siswa sebelum siswa tersebut masuk ke jenjang sekolah, lalu mengelompokan siswa ke beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan metode belajar yang dapat diterima siswa. Dengan begitu potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap siswa dapat tergali lagi dengan maksimal.

Akses ke sarana-sarana pendidikan yang masih minim

Jembatan Indiana-Jones di Banten
Saya tidak tahu apa yang ada dibenak pemerintah. Apakah mereka mengetahui bahwa masih banyak di daerah terpencil sana terdapat akses ke sarana pendidikan yang masih belum memadai. Namun tak perlu jauh-jauh ke daerah-daerah terpencil di pelosok Indonesia. Di sekitar kita pun masih banyak akses menuju sarana pendidikan yang bisa dibilang sangat memprihatinkan. Contoh terkini yakni berita mengenai “Jembatan Indiana-Jones” yang terdapat di provinsi Banten yang notabene hanya berjarak beberapa puluh kilo dari DKI Jakarta yang sebagai Ibukota pusat Pemerintahan Indonesia, tempat Istana Negara berada dimana disitu bernaung orang paling nomor 1 di Indonesia. Hal ini tetntunya sangat ironis, apalagi berita tersebut sudah terlanjur tersebar ke penjuru dunia yang secara tak langsung ikut membawa citra buruk dunia pendidikan di negeri ini. Hal ini juga masih menjadi PR besar bagi pemerintah. Jika tidak segera ditangani, bukannya tidak mungkin berita-berita lain mengenai citra buruk dunia pendidikan lainnya akan banyak terkuak di media-media asing.

Sarana-sarana pendidikan yang rusak
Apakah dengan sarana belajar seperti ini
siswa bisa fokus belajar?
Yang ini tak kalah mirisnya. Sudah akses menuju sarana pendidikan yang tak memadai, kali ini di tambah dengan sarana pendidikan itu sendiri yang bisa dibilang tak layak pakai. Dan ironisnya lagi, tidak hanya terjadi di daerah-daerah terpencil saja, melainkan juga terjadi di daerah-daerah penyangga sekitar Ibukota DKI Jakarta. Lagi-lagi kali ini pemerintah menjadi biang keladinya atas semua sarana pendidikan yang belum memadai tersebut. Alasan dana sering menjadi benteng pemerintah atas sarana pendidikan yang masih belum memadai tersebut. Lalu kemanakah “upeti” rakyat yang disisihkan atas ke pemerintah tersebut? Apakah iya semua “upeti” tersebut tak mampu menutupi kekurangan dana untuk pembangunan sarana-sarana pendidikan tersebut? Memang masalah attitude oknum pejabat-pejabat tersebut masih sulit untuk diberantas. Mulai dari jabatan tertinggi, hingga jabatan terendah hampir semuanya pernah menikmati bagian dari  uang panas hasil bocornya “upeti” dari rakyat tersebut. Untuk masalah ini memang kembali kepada pribadi masing-masing saja, apakah nuraninya terbuka atau tidak. Bahkan dengan adanya KPK juga belum menjamin terberantasnya “tikus-tikus nakal” tersebut dari negeri kita Indonesia.

Minimnya tenaga pengajar

Minimnya tenaga pengajar membuat beberapa guru mengajar
secara bergiliran ke kelas lain
Tampaknya jadi untuk menimba ilmu di Indonesia cobaanya sangat berat ya? Setelah akses jalan yang sulit, sarana pendidikan yang tak layak kini minimnya tenaga pengajar juga masih menjadi kendala. Sebenarnya seberapa banyak sih tenaga-tenaga muda serta yang mengambil pendidikan sebagai guru? Cukup banyak, malahan sangat banyak. Ada tapinya, kebanyakan tenaga-tenaga pengajar yang notabene masih muda tersebut enggan untuk terjun ke daerah-daerah pelosok yang terpencil. Selain karena minimnya akses, pendapatan mereka di daerah-daerah terpencil tersebut juga tak sebanding dengan pengorbanan mereka untuk bisa masuk ke daerah-daerah terpencil tersebut. Bayangkan saja untuk masuk ke daerah pelosok yang akses jalannya masih susah tentunya diperlukan biaya yang sangat banyak, belum lagi untuk makan dan sebagainya, ya mana cukup? Ternyata masalah pendidikan ini mempunyai efek domino ke masalah-masalah lainnya ya. Untuk itu pemerintah seharusnya juga memperhatikan hal tersebut. Jika tidak, bukannya tidak mungkin sekolah yang nantinya sudah di bangun dengan anggaran tidak sedikit malah akan jadi onggokan bangunan kosong tanpa penghuni karena tidak ada kegiatan belajar-mengajar yang disebabkan ketiadaan tenaga pengajar.

Minat belajar yang rendah

Inikah yang pantas disebut pelajar?
Jika kita tadi melihat dari sudut pandang infrastruktur, kini kita lihat dari sudut lain yakni dari sudut siswa. Loh memangnya ada yang salah dengan siswa? Ya tentu ada, terutama nih siswa-siswa dari wilayah kota-kota besar di Indonesia, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan lain-lain. Masalah yang sering menimpa siswa-siswi di kota-kota besar yakni mengenai minat belajar. Jika di daerah-daerah pelosok siswa-siswinya mempunyai semangat yang besar untuk belajar walau dengan fasilitas minim, di kota-kota besar kebalikannya. Di kota-kota besar mayoritas sarana pendidikannya lebih bagus, komplit serta nyaman. Akses yang bagus serta tenaga pendidik yang berkualitas. Tetapi justru dengan sarana “mewah” tersebut siswa-siswi-nya mayoritas tak memiliki minat belajar yang tinggi. Ini bisa dilihat dari beberapa faktor, pertama siswa-siswi tersebut terlalu asik dengan kemajuan teknologi sehingga menurunkan minatnya akan belajar. Lalu dari sisi lain, terdapat siswa-siswinya yang lebih memilih membantu kedua orang tuanya mencari nafkah ketimbang untuk pergi sekolah, dikarenakan kondisi ekonomi mereka yang sangat lemah. Tentunya hal ini sangatlah aneh, yang di daerah terpencil dengan fasilitas minim mati-matian berjuang demi pendidikan mereka tetapi yang di kota malah kurang sekali minat belajarnya. Perlu di pikirkan lagi pemecahan masalahnya agar para siswa meningkat minat belajarnya. Ya sebenarnya banyak sekali masalah-masalah pendidikan yang ada di negeri ini. Tak bisa saya jelaskan satu per satu karena saya juga bukanlah seorang pengamat pendidikan di Indonesia. Namun dari pengalaman saya selama menimba ilimu di berbagai level atau jenjang pendidikan, terlihat bahwa masih banyak sekali kekurangan-kekuarangan yang ada di sistem pendidikan di negara kita. Kita sebagai rakyat Indonesia juga harus ikut berpartisipasi dalam kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Karena jika terus menunggu janji-janji pemerintah yang tak kunjung terealisasi, maka kita tidak akan pernah bisa maju serta mandiri untuk keluar dari segala situasi yang sulit ini. Selamat Hari Pendidkan Nasional! Semoga Pendidikan akan selalu menjadi salah satu prioritas utama yang perlu dibenahi.

0 komentar:

Posting Komentar